Kisah Kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail

Share Post
Flashdisk Kitab Kuning PDF

Kisah Kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail

Diceritakan, Nabi Ibrahim telah lama mendambakan kehadiran seorang anak. Sampai Ibrahim mulai menua, ia tak kunjung memiliki keturunan. Maka ia pun berdoa kepada Allah SWT agar kiranya dianugerahi anak keturunan yang saleh.

Flashdisk Kitab Kuning PDF

Doa Nabi Ibrahim ini diabadikan dalam Al Qur’an:

رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: Ayat 100)

Karena kesungguhannya dalam berdoa, Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Istri keduanya yang bernama Siti Hajar akhirnya mengandung. Kemudian lahirlah putra pertama Nabi Ibrahim yang diberi nama Ismail.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٖ

Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).” (QS. As-Saffat: Ayat 101)

Nabi Ibrahim tentu senang dengan kelahiran Ismail. Ia amat menyayangi putra pertamanya itu.

Namun tak berselang lama setelah kelahiran Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk memindahkan Siti Hajar dan Ismail ke Kota Mekkah. Keduanya bermukim di suatu tempat yang kelak di sana akan di bangun Ka’bah.

Kota Mekkah adalah negeri padang pasir yang tandus, dengan matahari terik menyengat. Tak ada pepohonan dan sumber air, hanya batu dan pasir sejauh mata memandang.

Baca Juga: Hijrah ke Madinah, Sebuah Kisah yang Membanggakan

Karena keadaan Mekkah yang demikian itu, Siti Hajar menjadi risau. Bagaimana mungkin ia akan hidup berdua di tempat seperti itu bersama Ismail yang masih bayi?

Siti Hajar pun menangis sedih. Ia tak sanggup jika harus ditinggalkan oleh Ibrahim di sana. Namun Ibrahim tak bisa berbuat apa-apa sebab hal itu sudah menjadi perintah Allah.

Dengan berat hati Ibrahim terpaksa meninggalkan istri dan anaknya di padang pasir yang gersang. Ia lalu melanjutkan perjalanan. Tatkala kedua orang kesayangannya itu telah hilang dari pandangannya, Nabi Ibrahim berdoa agar Allah memberikan keselamatan dan perlindungan kepada mereka.

Maka tinggallah Hajar dan putranya di Kota Mekkah yang tandus. Hingga suatu ketika persediaan bekal yang dimilikinya habis, Hajar lapar dan kehausan yang menyebabkan air susunya menjadi kering.

Ismail yang masih bayi pun menangis karena tak bisa menyusu. Hajar bingung dan kalut. Ia berlarian ke sana kemari berusaha mencari sumber air di sekitar mereka.

Hajar berlari antara Bukit Shafa dan Marwah. Dari bukit Shafa, ia melihat sumber air nampak ada di Bukit Marwah.

Kemudian berlarilah Hajar ke Bukit Marwah. Setibanya di sana, yang disangka air ternyata cuma bayangan. Ia terus berlari bolak-balik Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali.

Hajar pun kelelahan. Lalu ia mendengar suara yang mengarah pada tempat di mana Ismail dibaringkan dalam keadaan menangis dan meronta menghentak-hentakkan kaki.

Tiba-tiba, di dekat kaki Ismail muncullah sumber air yang memancar. Hajar senang bukan kepalang. Ia pun berseru, “Zamzam! (berkumpullah).”

Dengan tergesa, Hajar segera menampung air itu. Ia sangat bersyukur, di saat-saat gentingnya ternyata Allah menurunkan pertolongan.

Seiring berjalannya waktu, Ismail tumbuh menjadi anak cerdas, saleh, dan berbudi baik. Sesuai doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim

Ketika Ismail beranjak besar, datanglah sebuah perintah dari Allah kepada Ibrahim. Perintah yang hendak menguji seberapa besar keimanan dan ketakwaan Ibrahim serta kesabaran Ismail.

Pada suatu malam, Nabi Ibrahim bermimpi. Melalui mimpinya tersebut, ia diperintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya. Ibrahim pun menjadi teramat sedih.

Bayangkan saja, anak yang sudah dinanti-nantikan kehadirannya sekian lama, harus disembelih oleh tangannya sendiri. Sungguh berat ujian yang diterima Ibrahim.

Nabi Ibrahim Meminta Pendapat Nabi Ismail

Namun bagaimana pun, perihal mimpi itu tetap diceritakan Nabi Ibrahim kepada sang anak. Lalu Ibrahim menanyakan bagaimana pendapat Ismail.

Hebat. Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah. Untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan anak, beliau tidak serta merta ‘main’ perintah. Ia bahkan meminta pendapat si anak lebih dulu.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! (QS. As-Saffat: Ayat 102)

Hal ini mencerminkan demokrasi dalam keluarga, yang sayangnya tidak banyak diterapkan dalam keluarga masa kini. Kebanyakan orangtua dengan egois memutuskan sendiri hal besar yang berpengaruh pada masa depan anaknya.

Respon yang diberikan Ismail pun sungguh di luar dugaan. Ia menerima perintah tersebut dengan rela hati.

Tentang kesabaran Ismail ini, Allah memujinya dalam Al Quran.

قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: Ayat 102)

Maka tibalah saat yang ditentukan untuk melaksanakan penyembelihan. Ismail pun dibaringkan. Dengan mata basah berlinang air mata, Ibrahim memegang pedang yang sudah disiapkan.

Ketika Ibrahim telah meletakkan pedang di leher Ismail, datanglah Malaikat Jibril. Ia mengganti Ismail dengan seekor domba yang gemuk.

Allah SWT berfirman:

فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. As Saffat: Ayat 103-105)

Nabi Ibrahim memberikan kita teladan yang berharga. Ia ikhlas dan sabar menerima perintah untuk menyembelih putranya sendiri, sehingga Allah menggantinya dengan seekor domba.

Demikianlah Kisah Kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail yang kemudian kita kenal sebagai Ibadah qurban yang merupakan simbol bagi setiap muslim untuk ‘menyembelih’ dan mengorbankan kecintaan terhadap hal duniawi agar mendapat keridaan Allah SWT.

Komentar