Al-Khulafa’u ar-Rasyidun, artinya para khalifah (pemimpin) yang diberi petunjuk oleh Allah Swt. Secara istilahiy, Al-Khulafa’u ar-Rasyidun merupakan Empat orang sahabat pengganti Rasulullah saw dalam memimpin umat Islam setelah beliau wafat Keempat orang khalifah tersebut meliputi : (1), Abu Bakar as-Siddiq, (2) Umar bin Khatthab, (3). ‘Usman bin Affan, dan (4). Ali bin Abi Thalib
Tercatat dalam sejarah peradaban manusia, bahwa al-Khulafa’u ar-Rasyidun adalah pribadi-pribadi terbaik hasil didikan Rasulullah saw. Mereka telah teruji kehebatan dan kepiawaiannya sebagai teladan dalam kepemimpinan untuk membangun peradaban lslam yang lebih maju. Tidak ada pemimpin-pemimpin dunia saat ini yang menghasilkan bangunan peradaban yang dapat disejajarkan dengan mereka.
Mereka memiliki sifat-sifat terpuji yang patut menjadi teladan umat Islam zaman sekarang. Pengabdiannya kepada agama tidak disangsikan lagi. Kepeduliaannya terhadap sesama, membuat pribadi-pribadi ini dicintai oleh rakyatnya.
Kesemuanya itu adalah orang-orang yang setia dengan Rasulullah saw, baik di saat susah maupun senang. Mereka memiliki akhlak mulia, karena mereka selalu meneladani akhlak Rasulullah saw. Mereka orang yang dekat hubungannya dengan Rasulullah saw, baik hubungan kesahabatan maupun hubungan kekerabatan, karena dua orang khalifah yang pertama, yakni Abu Bakar dan Umar, merupakan mertua beliau, sedangkan dua orang khalifah berikutnya, yakni Usman dan Ali, merupakan menantu beliau. Oleh karena itu, mereka tentu lebih dapat meresapi ajaran Islam dan lebih baik daripada sahabat-sahabat lainnya, maka tidak mengherankan jika hari-hari mereka selalu dijiwai oleh ajaran Islam sebagaimana yang telah melekat pada diri Rasulullah.
ABU BAKAR AS-SIDDIQ : Bijaksana Dan Tegas
Profil Abu Bakar
Abu Bakar adalah nama julukannya setelah Islam, artinya bapaknya orang yang terdahulu masuk Islam, karena ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan lelaki dewasa. Nama aslinya sebelum Islam adalah Abdul Ka’bah, artinya hambanya Ka’bah. Sedangkan namanya setelah Islam adalah Abdullah, artinya hamba Allah. Bapak Abu Bakar bernama Abu Quhafah, yang masuk Islam setelah peristiwa Fat-hu Makkah. Abu Bakar digelari Rasulullah dengan As-Shiddiq, artinya orang yang selalu membenarkan, karena dialah orangnya yang pertama kali membenarkan peristiwa Isro’-Mi’roj Rasulullah saw, disaat kebanyakan orang-orang meragukan dan mendustakan peristiwa tersebut.
Abu Bakar As-Shiddiq lahir pada tahun 573 M dari sebuah keluarga terhormat di Mekah. Usianya lebih muda dua tahun dari usia Rasulullah (lahir tahun 571 M).
Abu Bakar As-Shiddiq termasuk as-Sabiqµn al-awwalun, yaitu orang-orang yang terdahulu masuk Islam. Ketika ia masuk Islam, seluruh harta dan jiwanya dikorbankan untuk membela agama Islam. Ia selalu dicaci-maki para musuhnya gara-gara masuk Islam.
Abu Bakar As-Shiddiq sangat dekat hubungannya dengan Nabi saw. Kemanapun Rasulullah pergi berdakwah dan dalam kondisi suka dan duka, ia selalu mendampingi beliau. Dalam sejarah Hijrah, Abu Bakarlah yang mendampingi selama perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Kedekatannya dengan Nabi saw diperkuat dengan diambilnya ‘Aisyah (putrinya) sebagai istri beliau. Selama Nabi saw sakit keras menjelang wafat, Abu Bakarlah yang ditunjuk sebagai pengganti beliau dalam mengimami shalat jamaah 5 waktu.
Abu Bakar As-Shiddiq berkepribadian terpuji, dermawan, sabar, pemaaf, berkemauan keras, rendah hati, berani bertindak, tegas, bijaksana, dan meneladani perilaku Rasulullah.
Menjadi Khalifah Pertama dan Kemajuan Yang Dicapainya
Abu Bakar As-Shiddiq terpilih secara aklamasi menjadi Khalifah ke-1 pemerintahan al-Khulafa’u ar-Rasyidun di tengah-tengah terjadinya perselisihan antara kelompok Muhajirin dan Ansor pada pertemuan di “Tsaqifah Bani Sa’idah” dalam rangka memperebutkan jabatan khalifah, padahal saat itu Rasulullah saw baru saja wafat dan belum dikebumikan. Didalam pertemuan tersebut, Umar bin Khatthab mencalonkan Abu Bakar-untuk menjadi Khalifah, dan disetujui secara aklamasi oleh para sahabat (Muhajirin & Ansor) yang hadir. Pada keesokan harinya, diadakan Bai’at (pelantikan) secara umum di depan Masjid Nabawi, di sisi jenazah Rasulullah saw. Diantara isi pidatonya yang sangat terkenal pada saat pelantikannya adalah sebagai berikut :
“…. Jika aku menjalankan tugas kekhalifahan ini dengan benar, maka ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah, maka betulkanlah. Benar itu kejujuran, dan dusta itu pengkhianatan. Taatilah aku selama aku mentaati Allah dan Rasul-Nya. Jika aku mendurhakai Allah dan RasulNya, maka tiada kewajiban buat kalian untuk mentaati aku”
Abu Bakar as-Siddiq menjadi khalifah selama 2 tahun, yaitu tahun 11 – 13 H / 632 – 634 M). Selama masa itu, kemajuan yang berhasil dicapainya antara lain :
1). Menciptakan stabilitas keamanan
Pada awal masa pemerintahannya, ada 3 kesulitan yang dihadapi Abu Bakar, yaitu :
- Banyak orang yang murtad (keluar dari Islam)
- Munculnya nabi-nabi palsu, seperti : (1) Musailamah al-Kadz-dzab, (2) Thulaihah al-Asadi, (3) Sajah at-Tamimi (nabi wanita), dan (4) Aswad al-Ansiy.
- Banyaknya orang yang enggan membayar zakat.
Terhadap ketiga kesulitan tersebut, Abu Bakar mengambil tindakan tegas, yakni memerangi mereka, sehingga mereka sadar dan kembali masuk Islam
2). Pengumpulan, penulisan dan pembukuan Mushaf Al-Qur’an
Sahabat Umar bin Khatthab mengusulkan agar ayat-ayat Al-Qur’an yang pada masa Nabi saw ada didalam dada (hafalan) para sahabat, dan tersebar dalam tulisan-tulisan diatas tulang, papan kayu, daun, lempengan batu dan sejenisnya agar ditulis kembali dan dibukukan dalam bentuk Mus-haf, dengan beberapa alasan :
- Banyak penghafal al-Qur’an (+ 70 orang) yang gugur di medan perang Yamamah dalam rangka memerangi para pemberontak pimpinan Nabi palsu.
- Ayat-ayat al-Qur’an yang tertulis di atas tulang, batu, kayu dll itu dikhawatirkan rusak dimakan masa, dan juga tercecer berserakan di mana-mana, sehingga dikhawatirkan hilang.
Usulan Umar bin Khatthab tersebut pada awalnya ditolak, karena belum pernah dilakukan oleh Rasulullah, namun akhirnya disetujui oleh Abu Bakar, maka dibentuklah panitia penulisan kembali dan pembukuan Mushaf Al-Qur’an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit.
Wafat. Abu Bakar wafat setelah + 2 tahun memerintah. Pada waktu sakit menjelang wafatnya, ia mengumpulkan beberapa orang “tokoh sahabat” untuk diajak bermusyawarah mengenai calon penggantinya. Di hadapan mereka, Abu Bakar mengusulkan agar nanti sepeninggalnya mereka menunjuk Umar bin Khatthab sebagai penggantinya. Usulan itu mereka setujui. Dan betul, setelah Abu Bakar wafat, para tokoh sahabat tersebut membai’at Umar bin Khatthab sebagai khalifah pengganti Abu Bakar, kemudian pembai’atan dilanjutkan oleh masyarakat pada umumnya.
Eksplorasi konten lain dari Ruangku Belajar
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.