Waktu berjalan pelan di bawah langit yang semakin gelap. Malam telah jatuh sepenuhnya ketika Mataya tersadar dari pingsannya. Tubuhnya sakit, berdarah, namun hatinya tetap teguh. Di sekelilingnya, hanya ada kegelapan yang menyelimuti—bambu-bambu itu berdiri seperti bayang-bayang hitam, diam tapi hidup, seolah memahami luka yang dialaminya.
Di sebelahnya, temannya masih terbaring tak bergerak. Mataya beringsut, mencoba menyentuh bahu kawannya itu, namun hanya dingin yang ia rasakan. Nafas kawannya telah berhenti, jiwanya telah meninggalkan tubuh yang tak lagi sanggup bertahan. Mataya menunduk, menutup matanya yang pedih, merasakan kesedihan yang tak terbendung. Kawan seperjuangan yang dulu berjanji bersamanya untuk melihat negeri ini bebas, kini terbaring sunyi di bawah tirai bambu yang menghitam.
Tak ada air mata yang jatuh, hanya rasa kehilangan yang melingkupi jiwanya. Kehidupan di negeri ini tak pernah menawarkan kebebasan sepenuhnya, selalu ada bayang-bayang penguasa yang mengintai, selalu ada penindasan yang menanti mereka yang mencoba melawan. Tapi di balik semua itu, Mataya tahu bahwa ia harus tetap berdiri. Meskipun hanya dia yang tersisa dari perjalanan panjang ini.
Malam itu, di antara keheningan yang menyelimuti, Mataya menarik napas panjang. Di kepalanya, terlintas wajah-wajah dari masa lalu—ayahnya yang hilang dalam perang, saudara-saudaranya yang ditelan revolusi, dan kini kawannya yang tewas di tangannya sendiri. Semua itu adalah kenangan yang takkan pernah padam, tapi juga tak pernah memberi jawaban. Apa yang telah mereka capai? Mataya tak tahu pasti.
Namun, di tengah kesunyian malam itu, ia mendengar suara yang samar. Suara langkah kaki—bukan serdadu yang datang lagi, melainkan suara anak-anak kecil yang bermain di kejauhan. Di balik rerimbunan bambu, suara tawa dan teriakan anak-anak terdengar, seakan dunia yang ia kenal tidak pernah benar-benar hancur. Ada kehidupan di sana, ada generasi baru yang tak mengenal kekalahan yang ia rasakan saat ini.
Mataya mengangkat kepalanya, menatap ke arah suara itu. Bayangan-bayangan kecil itu bergerak lincah, tertawa di antara bambu-bambu yang menjulang. Anak-anak yang tumbuh tanpa sadar akan beban sejarah, tanpa tahu bahwa di bawah tanah yang mereka pijak, darah generasi sebelumnya masih mengalir. Di mata mereka, dunia ini masih dipenuhi harapan, masih mungkin untuk diperjuangkan.
“Apakah mereka akan tumbuh seperti kita?” gumam Mataya pada dirinya sendiri. “Atau mereka akan menemukan jalan yang lain?”
Dalam hatinya, Mataya tahu jawabannya tak mudah. Tapi satu hal yang pasti: hidup tidak pernah berhenti. Kehidupan baru akan selalu tumbuh, seperti bambu yang terus berkembang meski akarnya telah terjalin dengan darah dan air mata. Dan dari generasi yang baru itu, mungkin akan muncul perlawanan yang lebih kuat, perlawanan yang tidak akan padam seperti miliknya dan kawannya.
Mataya berdiri, meski tubuhnya terasa berat, kakinya gemetar oleh luka dan lelah. Ia memandang tubuh kawannya sekali lagi, lalu membiarkan malam menelan semuanya. Ia berjalan pelan, meninggalkan ladang bambu itu dengan langkah yang tertatih. Tak ada janji, tak ada kepastian di masa depan. Tapi ia tahu bahwa kehidupannya, meski hanya sekejap dalam arus besar sejarah, adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang akan terus bergerak maju, dengan atau tanpa dirinya.
Dan ketika ia melangkah pergi, senja yang tadi redup mulai berganti dengan fajar yang samar-samar. Di kejauhan, matahari mulai terbit, meskipun cahaya itu tak lagi milik Mataya dan kawan-kawannya. Itu adalah cahaya bagi mereka yang masih hidup, mereka yang akan meneruskan langkah-langkah kecil di jalan yang panjang ini.
Di balik tirai bambu itu, dunia terus berputar. Sejarah akan mencatat, tapi manusia akan terus berjalan, meski tanpa suara, meski tanpa bendera yang berkibar. Mataya tahu, dalam hatinya, perjuangan tak pernah selesai. Ia hanya bagian dari perlawanan yang tak mengenal akhir.
**Dan senja yang menghilang itu, hanyalah jeda sebelum pagi datang kembali.**
Eksplorasi konten lain dari Ruangku Belajar
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.