Pagi itu, disudut kota, kuamati sekeliling, semua bergerak cepat, memburu waktu agar segera sampai pada tujuannya. Ku pandangi sekellilingku, terlihat seorang kakek tua sedang bersandar dibawah pohon beringin, bersama sepeda ontel tua yang memuat keranjang bambu yang penuh dengan hasil bumi khas pedesaan. wajahnya yang penuh keringat diusapnya dengan sebuah handuk kecil, sambil mengipas-ngipaskan topi jerami yang tampak usang, Seolah dia telah menempuh perjalanan jauh nan berat. tak lama, kakek itu mengambil rokok dari saku kecilnya lalu dihisapnya rokok itu. Dari bentuknya nampak seperti tembakau yang dilinting sendiri, kuamati dia begitu menikmati setiap itu hembusan asap yang mengebul dari bibirnya, nikmat sekali, terlihat dari hisapannya yang begitu mantap.
Kupandangi lekat-lekat, ku lihat jam tanganku hampir setengah jam si kakek tua itu beristirahat, seolah-olah tidak dikejar oleh waktu dia terlihat begitu menikmati istirahatnya,begitu santai dan tenang.
Ku hampiri si kakek tua itu, rasa ingin tahu ku bergejolak, apa gerangan yang membawanya ke kota dengan sepeda tuanya yang penuh muatan itu. Ku dekati kakek tua itu dengan berpura-pura hendak meminjam korek api, kebetulan korek api ku tidak bisa menyala, untuk memulai sebuah percakapan dan supaya mencairkan rasa penasaranku, aku pun melontarkan ucapan terimakasih,kemudian kakek tua itu pun menjawab “sama sama dek”.
Dan aku pun mulai memberanikan diri untuk bertanya.
Aku: Kakek dari mana?
Kakek: dari Kampung dek.
Aku: oohh (sepertidugaanku)! maaf kek, apa yang ada dikeranjang bambu sepeda itu kek?
Kakek: jagung dek. (jawab kakek singkat)
Aku: habis panen ya kek?
Kakek: iya dek.
Aku: Lantas hendak dibawa kemana kek? Dijual kah? (tanyaku)
Kakek: tidak dek, jagung-jagung ini hendak ku bawa ke rumah anak cucuku. (jawab kakek dengan senyumnya, tampak raut wajah yang bahagia)
Aku: kenapa tidak mereka saja kek yang datang ke rumah kakek untuk mengambilnya? (tanyaku penuh selidik)
Kakek: anakku setiap hari sibuk kerja dan mengajar dek, kakek merasa tidak enak kalau menganggu pekerjaanya, sekalian aku mau lihat cucu-cucuku.
Aku: Oh begitu, (aku pun berpamitan) terimakasih korek apinya kek. Hati-hati ya kek
Kakek: sama sama dek.
Sungguh terenyuh batinku, begitu akungnya si kakek tua itu dengan anak dan cucunya. Dalam benakku terlintas sebuah petanyaan pada diriku sendiri,apakah jika kelak aku sudah tua seperti kakek tua itu, sebegitu akungkah aku dengan anak dan cucuku nanti???
Kupandangi dari kejauhan kakek tua itu mulai mengayuh sepedanya untuk melanjutkan perjalananya, perlahan-lahan dia mengayuh sepedanya hingga tak terlihat lagi oleh pandanganku.
Dalam batinku terucap semoga selamat sampai tujuanmu beserta kebahagiaan yang akan menyambutmu,,,amin
bani_alkhayaly
Eksplorasi konten lain dari Ruangku Belajar
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.