Cerita Jejak di Tanah Merdeka
Tiga puluh tahun telah berlalu sejak senja itu, ketika Mataya berdiri di bawah bayang-bayang bambu yang terluka. Fajar yang ia tunggu telah datang, membawa sebuah negeri baru yang diimpikan oleh generasinya. Sebuah bangsa yang berdiri di atas tanah yang mereka sebut merdeka. Namun, apa yang mereka tinggalkan bukanlah kemenangan penuh; itu hanyalah babak baru dari perlawanan yang tak pernah usai.
Anak-anak yang dahulu tertawa di balik tirai bambu kini telah dewasa, dan mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang berbeda, namun dengan akar yang sama. Mereka adalah generasi yang tumbuh di tanah yang disebut merdeka, tetapi jejak-jejak lama masih tertinggal di bawah permukaan. Jejak-jejak para pejuang yang tak pernah diakui sepenuhnya, jejak penderitaan yang tak pernah benar-benar hilang.
Surya berdiri di depan gubuk tua milik kakeknya, Mataya, yang kini menjadi bangunan setengah runtuh. Dari jendela yang pecah, ia bisa melihat ladang bambu yang tumbuh liar, mengingatkan pada kisah-kisah yang selalu diceritakan keluarganya. Namun, seiring waktu, suara tawa anak-anak di desa itu telah sirna. Kini hanya ada kesunyian, dan keluhan tentang pemerintahan yang korup. Surya merasakan kekecewaan yang dalam atas korupsi yang melanda negeri.
Baca Cerita Sebelumnya Senja di Balik Tirai Bambu (End)
Surya merasakan beban yang lebih berat dari sekadar sejarah. Ia ingin meraih sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. Ia ingin memahami arti kemerdekaan yang selalu dirayakan. Apa artinya merdeka bagi orang-orang yang masih hidup dalam kemiskinan, sementara mereka yang berkuasa terus menghisap sumber daya negeri ini?.
“Apakah kemerdekaan yang dijanjikan benar-benar ada?” pikirnya. Sementara para pemimpin mengklaim bahwa negeri ini telah merdeka, kenyataan yang dialaminya berbeda. Desanya, yang dulunya dipenuhi dengan harapan, kini suram dan diliputi kemiskinan. Surya mendengar keluhan para tetua tentang pemerintahan yang korup, sementara mereka yang seharusnya melindungi rakyat justru menghisap kekayaan negeri ini.
Mengambil napas dalam-dalam, Surya bertekad untuk mencari tahu apa arti kemerdekaan bagi rakyat kecil. Ia ingin mengerti lebih dalam tentang perjuangan yang telah dilalui kakeknya dan para pejuang lainnya, serta apakah perjuangan itu masih relevan dalam dunia yang kini ia hadapi.
Surya merenungi apakah perjuangan generasi sebelumnya telah sia-sia. **Apa arti kemerdekaan jika rakyat tetap menderita?** Ia menemukan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh orang-orang seperti Mataya, bukan di buku sejarah resmi, tetapi di hati rakyat kecil yang teralienasi, terpinggirkan yang terus berjuang dalam diam. Perjuangan itu mungkin berubah bentuk, tetapi esensinya tetap sama: melawan penindasan, apapun bentuknya.
Bersambung: Jejak di Tanah Merdeka
Eksplorasi konten lain dari Ruangku Belajar
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.