Cerbung Jejak di Tanah Merdeka
Keesokan harinya, Surya pergi menemui beberapa tetua desa. Di rumah salah satu tetua, ia mendengarkan cerita tentang Mataya. “Kakekmu adalah pahlawan,” ujar Pak Amir, tetua desa yang dihormati. “Ia dan teman-temannya berjuang bukan hanya melawan penjajah, tetapi juga untuk keadilan dan hak-hak rakyat. Namun, perjuangan mereka tak pernah diakui sepenuhnya.”
Dari mereka, Surya mendengar tentang bagaimana perjuangan itu bukan hanya melawan penjajah asing, tetapi juga melawan sistem yang menindas. Jejak-jejak para pejuang, yang terukir dalam ingatan rakyat, menjadi pengingat akan harapan yang mungkin hilang.
Baca Cerita Sebelumnya Senja di Balik Tirai Bambu (End)
“Setiap batu yang kita pijak adalah hasil dari darah dan air mata,” Pak Amir melanjutkan ceritanya. “Kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan, tetapi juga tentang memperjuangkan hak kita.”
Surya mendengarkan dengan seksama. Ia merasa terhubung dengan sejarah yang diceritakan, seolah bagian dari perjalanan panjang itu. Pak Amir melanjutkan, “Setiap generasi memiliki tugasnya masing-masing. Kini, tugasmu adalah melanjutkan perjuangan mereka.”
Saat Surya keluar, ia merenungkan kata-kata itu. Ia menyadari bahwa meski kemerdekaan telah dicapai, rakyat masih menghadapi tantangan besar. Dalam benaknya, muncul pertanyaan besar: Apa artinya merdeka jika keadilan dan kesejahteraan masih jauh dari kenyataan?
Surya kembali ke rumah dan memutuskan untuk bergabung dengan kelompok pemuda yang peduli pada keadaan desa mereka. Mereka berkumpul setiap malam untuk berdiskusi, merencanakan aksi yang akan dilakukan untuk menuntut keadilan. Di sana, Surya bertemu dengan Rani, seorang gadis yang bersemangat, yang juga merasakan keresahan yang sama.
“Jika kita tidak bersuara, siapa yang akan peduli?” kata Rani. “Kita harus berani melawan. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?”
Kumpulan pemuda itu mulai merencanakan demonstrasi, menyebarkan informasi tentang korupsi di pemerintahan lokal melalui pamflet dan media sosial. Berharap bisa menginspirasi rakyat untuk bangkit. Namun, mereka menyadari bahwa melawan kekuasaan bukanlah hal yang mudah. Banyak yang merasa putus asa, sementara sebagian yang lain takut akan konsekuensi dari tindakan mereka.
Suatu malam, saat mereka mendiskusikan strategi, suara truk polisi menggema di jalan desa. Ketegangan menyelimuti ruangan. Para pemuda saling memandang dengan cemas. Surya merasakan kembali ketakutan yang pernah dialami kakeknya—sebuah ketakutan yang tak pernah sepenuhnya hilang dari ingatan keluarga mereka. Dalam hati, ia berdoa agar sejarah tidak terulang.
Bersambung Jejak di Tanah Merdeka
Eksplorasi konten lain dari Ruangku Belajar
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.