SEBAB-SEBAB RASULULLAH HIJRAH DAN KONDISI KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MADINAH
Rasulullah saw. sangat sedih ketika menyaksikan kehidupan umat Islam di Mekah yang penuh dengan ancaman dan teror dari orang-orang kafir. Semakin hari, teror dan ancaman itu semakin bertubi-tubi. Rasulullah saw. berpikir harus ada jalan keluar untuk mengatasi semuanya. Bersamaan dengan itu pula, istrinya, Siti Khadijah dan pamannya, Abu Thalib, meninggal dunia. Namun, perjuangan untuk mewujudkan kehidupan yang mulia dan beradab harus terus berjalan, tidak boleh berhenti. Bagaimana caranya?
Allah Swt. sangat sayang kepada Rasulullah saw. dan kaum muslimin. Dalam situasi yang sangat sulit dan mencekam tersebut Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah. Nabi Muhammad saw., pun akhirnya hijrah dari Mekah ke Madinah.
Benar, bermula dari peristiwa hijrah inilah kejayaan dan kesuksesan Islam dimulai. Ya, terkadang kejayaan dan kesuksesan diawali dengan keprihatinan
Masyarakat Yasrib (Madinah) yang berasal dari bangsa Yahudi beragama Yahudi. Sementara agama mayoritas masyarakat Madinah yang terdiri dari bangsa arab ini memeluk agama penyembah berhala (Paganisme), tidak jauh berbeda dengan agama masyarakat arab jahiliyah Makkah. Hanya saja, karena di Yasrib tidak ada tempat sebagai pusat peribadatan semacam Ka’bah, maka kaum paganis Madinah yang menyembah berhala ini setiap tahunnya datang ke Makkah untuk mengikuti upacara tradisionalnya, yakni mengerjakan haji, sekaligus untuk mencari dukungan dari masyarakat arab quraisy untuk mengalahkan lawannya, terutama bangsa Yahudi.
Namun demikian, dalam menyambut kedatangan agama Islam yang sudah muncul di Makkah, sikap dan kondisi keberagamaan masyarakat arab Yasrib masih lebih baik dan beruntung daripada masyarakat arab Makkah. Kalau masyarakat arab jahiliyah Makkah, mereka memusuhi dakwah Islam yang dilancarkan Nabi Muhammad. Sedangkan Masyarakat arab Yasrib, mereka bersikap toleran, tidak memusuhinya, bahkan lebih cepat menerima dakwah Islam. Hal ini disebabkan karena:
1). Masyarakat arab Yasrib (Madinah) hidup berdampingan dengan bangsa Yahudi. Mereka sering berdialog dan mendengar tentang kebaikan agama tauhid (monotheisme) dan tercelanya agama paganisme (agama berhala), serta mendengar kabar gembira tentang datangnya Nabi akhir jaman yang akan menghancurkan agama paganisme. Sekalipun mereka masih tetap beragama paganisme dan tidak terpengaruh untuk memeluk agama Yahudi.
2). Peperangan dan permusuhan yang berkepanjangan antar kabilah arab, terutama antara kabilah Aus dan Khazraj, membuat mereka menaruh harapan besar terhadap seorang tokoh seperti yang diceritakan orang Yahudi, yang mampu mempersatukan mereka, serta mampu membuat kehidupan mereka damai, sentosa dan lebih berkualitas daripada orang-orang Yahudi.
Pada tahun ke-10 dari masa kenabian Nabi Muhammad (= thn 620 M), saat mengikuti upacara tradisional (haji) di Makkah, beberapa orang arab Yasrib menyaksikan beliau Saw di daerah Aqabah yang giat mendakwahkan kenabiaannya dan mengajak mereka agar meng-Esa-kan Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala. Hal ini menjadikan mereka saling bertanya dan menerka-nerka, barangkali dia (Nabi Muhammad) inilah yang sering diceritakan oleh orang Yahudi itu. Sepulangnya dari haji, peristiwa ini diceritakan kepada penduduk Madinah.
Pada tahun berikutnya, tahun ke-12 dari masa kenabian (= 621 M), saat menghadiri musim haji, ada 12 orang dari kabilah Khazraj bertemu dengan Nabi Muhammad di Aqabah menyatakan masuk Islam dan mengucapkan bai’at (ikrar, janji setia) kepada Beliau Saw, yang lebih dikenal dengan istilah “Bai’at Aqabah Pertama”, atau disebut “Bai’atun Nisa’” (janji setia wanita) karena ada seorang wanita yang turut serta, bernama ‘Afra’ binti ‘Abid bin Tsa’labah.
Isi Bai’at Aqabah Pertama :
- tidak menyekutukan Allah,
- tidak mencuri,
- tidak berzina,
- tidak membunuh anak-anak,
- tidak menghasud dan memfitnah
- tidak mendurhakai beliau Saw
..
Beliau Saw kemudian mengutus sahabat Mush’ab bin Umair ke Yasrib untuk mengajari mereka tentang agama Islam. Perilaku Mush’ab yang terpuji membuat banyak penduduk Yasrib yang tertarik memeluk Islam. Mereka rindu bertemu dengan Nabi Muhammad Saw.
Pada tahun ke-13 dari masa kenabian (622 M), saat musim haji, semakin banyak orang Yasrib yang ikut ke Makkah. Tidak kurang dari 75 orang (73 lelaki dan 2 wanita). Mereka bertemu Nabi Muhammad Saw secara rahasia di Aqabah, kemudian menyatakan masuk Islam dan “mengundang” beliau Saw agar bersedia pindah (hijrah) ke Yasrib.
Untuk menanggapi keseriusan permohonan mereka, Nabi Muhammad kemudian mengambil sumpah setia (bai’at/ikrar) dari mereka, yang isinya, bahwa mereka berikrar akan : membela mati-matian dan melindungi terhadap keselamatan diri beliau dan agama Islam dari gangguan siapapun.
Sumpah setia atau ikrar tersebut lebih dikenal dengan istilah “Bai’at Aqabah Kedua”. Bai’at Aqabah kedua ini merupakan titik awal perkembangan Islam dan Dakwah Nabi Muhammad Saw pada masa-masa selanjutnya, sehingga Islam tersebar ke muka bumi secara cepat.
Setelah memperhatikan dua kali peristiwa Bai’at Aqabah tersebut, Nabi Muhammad saw. mendapatkan kesan bahwa Islam telah siap berkembang pesat di Yasrib. Kenyataan ini membuat Nabi Muhammad saw memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah ke Yasrib dengan sembunyi-sembunyi. Sementara Nabi Muhammad saw bersama Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib masih bertahan di Mekah.
Rencana hijrah Nabi Muhammad saw didengar oleh kafir Quraisy. Kaum Quraisy pun akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap diri Nabi Muhammad saw. Kafir Quraisy khawatir Islam akan berkembang di Yasrib. Mereka menyuruh para pemuda untuk mengepung rumah Nabi Muhammad saw karena khawatir akan beliau lari. Pada malam itu pula. Nabi Muhammad saw membisikkan kepada Ali bin Abi Thalib supaya memakai selimut beliau dan berbaring di tempat tidurnya.
Atas izin Allah Nabi Muhammad saw berhasil keluar dari rumahnya dengan selamat. Tidak lama setelah Nabi Muhammad saw meninggalkan rumahnya, para pemuda terbangun dan masuk ke rumah beliau dengan penuh nafsu untuk membunuh. Akan tetapi, mereka hanya mendapatkan Ali bin Abi Thalib yang sedang tidur. Mereka kecewa dan tidak percaya dengan segala hal yang terjadi. Hal ini terjadi hanya karena pertolongan Allah Swt.
Eksplorasi konten lain dari Ruangku Belajar
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.